MEMBANGUN
METODE BERPIKIR REVOLUSIONER
Oleh: Sayid Rahardian
Secara
singkat filsafat dapat dikatakan sebagai teori umum tentang kenyataan. FIlsafat
meliputi penelaahan terhadap berbagai hal mendasar seperti hubungan antara
berpikir dan keadaan (thinking and being), antara ide dan materi; bagaimana
segala sesuatu berubah dan berkembang; apakah ada kehidupan lain setelah tubuh
mati atau tidak; dan sebagainya. Singkatnya, filsafat mengamati semua masalah
yang berurusan dengan alam, masyarakat dan pikiran. Karena itulah filsafat
menjadi titik tolak yang sangat baik untuk studi kita. Pengetahuan kita tentang
ekonomi politik yang sudah dimiliki kini bisa diperiksa kembali landasan
filsafatnya, apakah sudah berpijak pada cara pikir yang konsisten dan tepat
atau belum. Selama perjalanan sejarah manusia, sudah tak terhitung jumlah
filsuf di dunia. Mulai dari pemikir-pemikir dalam masyarakat Yunani seperti
Aristoteles, Plato, Socrates dan seterusnya sampai pada pemikir-pemikir modern
seperti John Stewart Mill dan Bertrand Russell. Dalam studi ini, kita tidak
akan mengulas semua pikiran yang pernah dijabarkan manusia selama hidupnya,
juga tidak sebagian dari mereka seperti yang lazimnya dilakukan oleh
studi-studi filsafat.Dunia pergerakan sebagai sebuah profesi revolusioner yang
telah atau sedang dan yang akan kita geluti untuk membebaskan rakyat dari
penindasan dan penghisapan kaum penindas, pun memerlukan panduan berupa metode
berpikir, tentunya metode berpikir yang sudah teruji keampuhannya dalam
merontokkan sistem penindasan. Adagium Rusia berkata : " Tidak ada gerakan
revolusioner tanpa teori revolusioner “, adalah benar tentunya. Persoalan
logika berpikir gerakan adalah masalah hubungan antara pikiran dan keadaan,
atau antara ide (pikiran) dengan materi. Antara mana yang lebih dahulu (primer)
dan sekunder antara ide dan materi ? Jawaban atas pertanyaan ini membagi dua
aliran filsafat yaitu : Idealisme dan Materialisme. - Idealisme memandang bahwa
ide atau pikiran ada terlebih dahulu (primer) dan keadaan atau materi adalah
sekunder, karena dilahirkan atau ditentukan oleh pikiran. - Materialisme
memandang sebaliknya.
IDEALISME
Filsafat idealisme terbagi
menjadi dua sebagai berikut :
1. Idealisme Obyektif yaitu mereka
yang berpangkal tolak dari ide yang secara objektif ada diluar manusia,
misalnya, ide Tuhan menurut filsafat agama dan ide absolut menurut filsafat
Hegel.Golongan ini umumnya berpendapat, misalnya adanya kehidupan dan alam
semesta karena perwujudan dari ide Tuhan sang pencipta. Dalam kehidupan
keseharian pemikiran idealisme obyektif mengambil bentuk penumpuan segala
sesuatu kepada apa yang disebut tuhan, dewa dan kekuatan-kekuatan ghaib
lainnya. pikiran filsafat semacam ini kita jumpai antara lain misalnya : “apa
mau dikata, nasibku memang sudah ditakdirkan demikian”, dsb.
2. Idealisme Subyektif yaitu mereka
yang berpendapat bahwa ide subjektif kita manusia menentukan keadaan dunia
sekeliling. Orang yang selalu menggantungkan harapan kepada ide manusia adalah
contoh orang yang idealisme subyektif. Tokoh yang terkenal adalah Bishop George
Berkeley, seorang filsuf Inggris yang menyangkal adanya dunia material secara
objektif. Dalam kehidupan keseharian dapat kita jumpai misalnya: “keadaan dunia
ini tergantung dari suasana hatimu, bila hatimu bahagia, dunia ini menjadi
cerah, tapi bila hati muram, maka dunia menjadi gelap gulita” ; “ Dunia menjadi
hitam jika kamu memakai kaca mata hitam, tapi ia akan menjadi semarak jika
mengenakan warna merah”. Idealisme subyektif menyangkal adanya dunia materil
yang obyektif dan mengakui dunia yang riil hanya dalam sensasi manusia.
MATERIALISME
Filsafat materialisme
memandang bahwa materi lebih dahulu ada (primer) sedangkan ide atau pikiran
adalah sekunder. Dengan kata lain materialisme mengakui bahwa materi menentukan
ide, bukan ide menentukan materi. Terlihat misalnya, bahwa keadaan penghidupan
manusia yang membutuhkan tempat berteduh telah melahirkan ide di alam
pikirannya untuk membangun rumah. Oleh karena di kota-kota besar jumlah
penduduk membesar, maka kebutuhan tanah untuk perumahan akan makin besar pula,
sehingga harga tanah akan membubung tinggi, dan keadaan ini yang menimbulkan
ide untuk membangun rumah bertingkat. Demikian juga idea tentang Indonesia
merdeka dilahirkan oleh keadaan hidup bangsa dan rakyat Indonesia yang
menderita karena penindasan dan penghisapan kolonialisme. Jadi idea atau
pikiran itu tak lain adalah pemurnian atau refleksi keadaan atau kenyataan yang
material. Filsafat Materialisme terbagi menjadi 4 (empat) :
1. Materialisme Primitif Faham materialisme
yang berkembang pada zaman Yunani Kuno kira-kira 600 tahun sebelum masehi.
Secara ilmiah masih sederhana tetapi merupakan cikal bakal dari paham
materialisme. Materialismme primitif inilah berperan dalam perkembangan paham
Materialisme selanjutnya.
2. Materialisme Mekanik Materialisme
mekanik memandang bahwa setiap gejala bagaikan mesin segala macam gerak
dipandang hanya sebagai gerak mekanik yaitu pergeseran tempat dan perubahan
jumlah saja tanpa perubahan secara kualitatif. Seperti gerak pada putaran
rantaia sepeda.
3. Materialisme Metafisik filsafat
materialisme yang memandang dunia secara sepotong-sepotong atau dikotak-kotak,
tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran berasaskan golongan ini misalnya
“sekali maling tetap maling”, memandang orang sudah ditakdirkan dan tidak bisa
berubah.
4. Materialisme Dialektika
(Dialectica Materialism--DIAMAT) Matrialisme Dialektika adalah materialisme
yang memandang segala sesuatu selalu berkembang sesuai dengan hukum-hukum
dialektika. Memandang dunia semata ini secara keseluruhan, tidak
sepotong-potong atau berat sebelah, tidak beku atau statis, melainkan dalam
suatu proses perkembangan yang terus menerus tiada akhirnya. Pikiran-pikiran
materialisme dialektik inipun dapat kita jumpai dalam kehidupan misalnya, “bumi
berputar terus, ada siang ada malam”, “habis gelap timbullah terang”, “patah
tumbuh hilang berganti”, dsb. Semua pikiran ini menunjukkan bahwa dunia dan
kehidupan kita senantiasa berkembang. Hukum Dialektika: Hukum tentang saling
hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara obyektif di dalam
dunia semesta.
POKOK-POKOK PANDANGAN
MATERIALISME DIALEKTIKA
A. Dunia Kenyataan Objektip
Adalah Material
Sama
seperti filsafat materialis lainnya, materialisme dialektik pertama-tama mengakui,
bahwa materi atau keadaan (being) adalah primer dan idea atau pikiran itu
adalah sekunder. Materi yang dimaksudkan di sini tidak berarti hanya benda tapi
segala sesuatu yang adanya secara nyata (riil), yang dapat ditangkap oleh
indera, dilihat, dibaui, didengar, diraba dan dirasakan. Selain itu yang lebih
penting bahwa materialisme dialektik mengakui materi atau kenyataan objektip
itu berada di luar kesadaran subjektip, artinya adanya suatu materi itu tidak
ditentukan oleh kesadaran atau pengetahuan kita. Misal, adanya pengaruh resesi
dunia kapitalis dalam kehidupan ekonomi kita, kita sadari atau tidak kenyataan
itu tetap ada. Ada sementara orang yang hanya mau mengakui suatu hal sebagai
suatu kenyataan apabila sudah ia sadari, dengan kata lain ada atau tidak adanya
suatu kenyataan itu ditentukan oleh kesadaran subjektif. Inilah pandangan
idealisme subjektif. Sering secara tidak sadar tergelincir ke dalam pandangan
yang demikian, hingga jatuh dalam jurang subjektivisme. Dasar material dari
pendirian kita bahwa idea atau fikiran itu sekunder adalah sebagai berikut:
1. Suatu ide atau pikiran mesti
dilahirkan oleh suatu materi yang dinamakan otak, tanpa otak tak akan ada idea
atau pikiran
2. Menurut isinya, suatu idea mesti
merupakan suatu pencerminan dari suatu kenyatan objektif atau materi, sekalipun
betapa abstraknya materi itu, misalnya ide masyarakat adil makmur, adalah
pencerminan yang berpangkal dari suatu kenyataan masyarakat yang serba tidak
adil dan miskin, hingga menimbulkan angan atau cita-cita akan sebuah masyarakat
yang adil dan makmur.
Dalam
mencerminkan kenyataan objektif, ide atau pikiran tidak hanya seperti sebuah
cermin atau alat pemotret yang dapat mencerminkan objek sebagaimana adanya,
tapi dapat juga mengembangkannya lebih jauh; menghubungkan, membandingkan
dengan kenyataan-kenyataan lain lalu menarik kesimpulan atau keputusan, hingga
melahirkan suatu idea untuk merubah kenyataan itu. Peranan aktif ide ini
mendapatkan tempat yang sangat penting dalam pandangan materialisme dialektik,
karena motif berpikir kita pada umumnya untuk memecahkan persoalan atau
mengubah kenyataan, dan tidak hanya sekedar mencerminkan kenyataan begitu saja.
Meskipun demikian, ide itu sendiri tidak dapat secara langsung mengubah
kenyataan atau keadaan, dan untuk dapat mewujudkannya ide memerlukan dukungan
kekuatan material. Dan seterusnya kekuatan material inilah yang secara kongkrit
mengubah kenyataan atau keadaan itu, Gagasan Indonesia tidak akan dapat menjadi
kenyataan apabila tak dapat menghimpun dan menggerakkan Rakyat Indonesia untuk
mewujudkannya. Kegunaaan praktis dari prinsip pertama filsafat materialisme
dialektik adalah, bahwa dalam menghadapi suatu persoalan kita harus bertolak
dari kenyataan objektif sebagaiman adanya, bukan dari dugaan atau pikiran
subjektif kita. Dan dengan pengetahuan kita yang lengkap mengenai kenyataan itu
kita baru dapat menyusun suatu ide atau cara yang tepat untuk pemecahannya.
B. Dunia Kenyataan Obyektif
Merupakan Satu Kesatuan Organik
Dunia
materiil atau kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik, artinya
setiap gejala atau peristiwa yang terjadi di dunia sekeliling kita, tidak
berdiri sendirian, tapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. seperti
tubuh kita, setiap bagian badan mempunyai saling hubungan dengan bagian badan
lainnya secara tak terpisah. Oleh karena itu, sebuah gejala dapat dimengerti
dan diterangkan kalau dipandang dalam hubungannya dengan keadaan-keadaan yang
tak terpisahkan dengan gejala-gejala di sekelilingnya, sebagai gejala-gejala
yang ditentukan oleh gejala-gejala di sekitarnya. Pertumbuhan padi hanya dapat
dimengerti hanya bila kita mengetahui saling hubungannya dengan keadaan tanah,
air, dan matahari dsb. yang ada di sekitarnya; disamping keadaan saling
hubungan antara bagian-bagian dari pohon padi tadi yaitu, akar, batang, daun,
dsb. Saling hubungan antara gejala-gejala di sekitar kita itu banyak corak dan
ragamnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung; ada saling hubungan yang
penting dan yang tak penting; ada saling hubungan keharusan dan kebetulan dsb.
Semua harus dipelajari dan dapat dibedakan. Terutama saling hubungan keharusan
dan yang kebetulan. Salah satu bentuk saling hubungan kausal atau sebab-akibat.
Dan kita hanya dapat memahami sesuatu hal apabila kita mengetahui sebab dan
syarat-syarat serta faktor yang melahirkan hal-hal tersebut. Dengan mengenal
baik saling hubungan internal suatu hal-ikhawal, serta saling hubungannya
dengan keadaan sekeliling (ekstern), kita tidak hanya dapat memahami sifat dan
kualitasnya, tapi juga dapat mengetahui hukum-hukum yang menguasai
perkembangannya. Dengan mengenal baik saling hubungan antar klas yang barada
dalam masyarakat kita serta hubungannya dengan dunia sekitar sebagai keseluruhan,
kita dapat memahami watak masyarakat kita. Materialisme dialektika memandang
suatu hal ikhwal tidak secara terpisah dari hubungannya dengan keadaan
sekitarnya. Supaya kita saling mengenal baik saling hubungan kenyataan di
sekitarnya. sehingga kita dapat mengetahui hukum yang menguasainya. Dan hanya
berdasarkan hukum-hukum yang kita ketahui, kita dapat mengubah hal ikhwal
tersebut. .
C. Dunia Materil Senantiasa
Bergerak Dan Berkembang
Materialisme
dialektis selanjutnya menunjukkan bahwa, dunia materi atau kenyataan objektip
itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang terus menerus. Keadaan
diam atau statis, hanya bersifat sementara atau relatif, disebabkan karena
kekuatan didalamnya serta hubungannya dengan kekuatan-kekuatan yang ada di
sekitarnya dalam keadaan seimbang. Misalnya air dalam satu panci, dalam keadaan
temperatur dan tekanan udara yang bias, nampaknya diam, padahal molukel-molukel
air itu dalam keadaan bergerak, hanya saja dalam kecepatan yang rendah dan
stabil, dan tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Demikian juga
kekuatan-kekuatan antara air dengan dinding-dinding panci itu, tapi setelah
panci dipanasi maka gerakan-gerakan molukel air makin cepat hingga makin nampak
geraknya, akhirnya sampai pada 100 derajat celsius. Pecahlah keseimbangan
mereka hingga air berubah menjadi uap dan meninggalkan panci tersebut.
Materialisme dilalektika tidak hanya berpendapat, bahwa materi itu senantiasa
dalam keadaan bergerak dan berkembang, tapi juga berpendapat bahwa gerak materi
itu adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh kekuatan di luarnya. Gerak bumi
kita adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh "gerak pertama",
sebagaimana yang dikemukakan Newton, Yang pada hakekatnyanya adalah pandangan
idealisme -- "gerak pertama" itu digerakkan Tuhan. Materialisme
dialektika lebih lanjut menjelaskan. bahwa gerak materi banyak ragamnya, tidak
terbatas pada gerak mekanis saja, yang hanya membawa perubahan kwantitas, juga
bukan gerak lingkaran setan atau gerak berulang-ulang yang tetap. Setiap materi
mempunyai bentuk gerakan sendiri. Berpikirpun merupakan suatu gerak dari materi
tertentu yang kita sebut otak. Sungguhpun gerak mempunyai banyak bentuk, mereka
pada umumnya berada dalam proses perkembangan "tumbuh, hilang
berganti"di mana sesuatu itu senantiasa timbul dan berkembang, dan sesuatu
itu senantiasa rontok dan mati; senantiasa dalam 'gerak yang maju dan naik',
sebagai peralihan dari keadaaan kualitatif yang lama ke kualitatif yang baru,
perkembangan dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang rendah ke yang lebih
tinggi. Materialisme dialektik juga menjelaskan bahwa gerak materi itu tidak
tergantung atau ditentukan oleh keinginan atau kehendak subjektif manusia,
melainkan menurut hukum-hukum yang menguasainya. Setiap hal yang khusus mempunyai
hukum-hukum gerak yang khusus. Hukum perkembangan dunia tumbuhan berlainan
dengan hewan; hukum perkembangan masyarakat desa berlainan dengan yang di kota.
Hukum-hukum gerak itu disebut hukum dialektika. Di samping hukum-hukum
dialektika yang berlaku khusus dari hal-hal yang khusus, sudah tentu juga ada
hukum-hukum yang berlaku umum, yang berlaku buat semua hal. Prinsip-prinsip
dialektika secara praktis mengajar kita agar supaya selalu berpandangan ke
depan, jangan selalu ke belakang, supaya selalu berorientasi pada hal-hal atau
kekuatan yang sedang tumbuh dan berkembang, jangan pada sesuatu yang sedang
lapuk atau mati. Dengan kata lain, supaya kita selalu berpandangan progresip
revolusioner.
D. Hukum Dialektika Materil
Berangkat dari pengertian bahwa HUKUM DIALEKTIKA adalah hukum tentang saling
hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara obyektif dalam
dunia semesta.
Maka dapat ditarik benang
merah bahwa saling hubungan dan perkembangan materi /gejala-gejala merupakan
dua segi dialektika yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lainnya. Ada 3
pokok hukum dialektika materil
1. Tentang Kontradikasi
Hukum tentang kontradiksi
merupakan esensi dari hukum dialektika karena kontradiksi (pertentangan)
mengungkapkan sumber atau asal-usul dan hakekat perkembangan. Hukum kontradiksi
mengajarkan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian atau segi-segi yang
berbeda atau kontradiksi dan gerak atau perkembangan sesuatu itu terutama
disebabkan adanya saling hubungan yang berupa persatuan dan perjuangan antara
segi-segi yang berkontradiksi yang ada di dalamnya.
a.
Keumuman Kontradiksi Hukum kontradiksi adalah umum dan universal. Bahwa
dalam fenomena material terdapat kontradiksi-kontradiksi yang terhadi secara
umum dalam seluruh proses gerak materi. Setiap hal tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu.
b.
Kekhususan Kontradiksi Kontrakdiksi mempunyai kekhasan yang membedakan
hal satu dengan lainnya pada tingkat yang berbeda dari proses perkembangan.
Juga mempunyai kekhususan dalamkontradiksi yang membedakan tingkat perkembangan
yang satu dari lainnya.
c.
Kontradiksi pokok dan bukan pokok Kontradiksi pokok adalah kontradiksi
yang menjadi poros dan memimpin semua kontradiksi bukan pokok. Dalam
penyelesaianya di utamakan. Dalam setiap perkembangan hanya ada satu
kontradiksi pokok yang memegang peranan memimpin dan menentukan. Kontradiksi
pokok memainkan peranan yang memimpin kontradiksi-kontradiksi lainnya pada satu
tingkatan perkembangan tertentu maka ia merupakan dasar persoalan yang harus
dipecahkan lebih dulu dan hanya dengan demikian kontradiksi-kontradiksi lainnya
baru bisa dan lebih muda diselesaikan. Walaupun demikian bukan berarti
kontradiksi-kontradiksi yang bukan pokok tidak ada peranannya atau pengaruhnya
sama sekali terhadap penyelesainnya kontradiksi pokok. Sebaliknya perkembangan
kontradiksi-kontradiksi itu mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap
penyelesaiannya kontradiksi pokok.
d.
Segi-segi yang kontradiksi Setiap kontradiksi terdiri dari 2 segi yang
mmempunyi arti peranan dan kedudukan yang berbeda, ada yang menguasai dan ada
yang dikuasai, ada yang memimpin dam yang dipimmpin. Dalam keadaan tertentu dua
segi itu berada dalam kedudukan yang seimbang tetapi bersifat relatif dan
sementara. Segi yang berperanan menguasai atau mendominasi dalam seluruh proses
perkembangan mempunyai arti yang menentukan kualitas kontradiksi. Segi yang
berperanan memimpin pada tingkat-tingkat perkembangan mempunyai arti yang
menentukan terhadap arah yang dituju oleh perkembangan kontradiksi itu pada tingkatan
tertentu. Segi yang baru pada awal proses perkembangan kontradiksi masih mudah
dan merupkan segi yang dipimpin dan dikuasai. Dalam proses selanjutnya ia akan
tumbuh menjadi besar dan kuat sehingga memimpin dan mendominasi. Bila hal ini
terjadi berarti kualitas kontradiksi itu telah mengalami peruubahan.
2. Tentang Perubahan Kuantitatif ke Perubahan Kualitatif
Hukum
perubahan kuantitatif keperubahan kualitatif menerangkan jalannya proses
perkembangan segala sesuatu. Perubahan kuantitatif adalah perubahan jumlah
(bertambah/berkurang) susunan, hubungan dan koposisi materi yang berlangsung
secaraa evolusioner sampai pada batas waktu tertentu. Perubahan kuantitatif
merupakan syarat untuk menuju keperubahan kuantitatif. Perubahan kuantitatif
menyiapkan perubahan kualitatif dan perubahan kualitatif menyelesaikan
perubahan kuantitatif yang lama dan melahirkan serta mengembangkan perubahan
kuantitatif yang baru. keduanya berlangsung terus menerus secara bergiliran.
3. Hukum tentang negasi dari negasi
Hukum
negasi dari negasi menunjukan orientasi gerak dan perkembangan segala sesuatu.
Hukum ini menggungkapkan pergantian kualitas lama dengan dengan kualitas baru
dalaam proses perkembangan dan peningkatan dari bentuk-bentuk yang rendah dan
sederhana ke bentuk yang lebih tinggih dan komplek. Perkembangan materi
mengulangi tingkat-tingkat yang pernah terlampui tetapi mengulanginya secara
lain di atas yang lebih tinggi. Demikianlah Hukum Dialektika Materil yang
mengajarkan pada kaum pergerakaan bagaimana menyelesaikan atau mengakhiri suatu
kontradiksi yang terjadi dalam masyarakat. Kontradiksi antara rakyat yang
tertindas dengan kaum milietris kapitalis yang menindas hanya bisa diselesaikan
dengan perubahan kuantitatif dalam hal ini metode perjuangan,teori perjuangan
dan strategi taktik perjuangan menuju perubahan kualitatif dalam sistem
masyarakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar