Kamis, 01 Agustus 2013

MENYOAL REFORMASI YANG AMBIGU


MENYOAL REFORMASI YANG AMBIGU

Oleh: Hakim Mada. S.s
            Banyak masyarakat berharap, reformasi bisa menjadi obat mujarab bagi praktek kehidupan bernegara sebelum reformasi, yang secara ini heren bertentangan dengan fitrah kemanusiaan, seperti penculikan aktivis pro-demokrasi, pelanggaran Hak Asasi Manusia, larangan bagi warga Negara untuk mengeluarkan pendapat atau membentuk organisasi diluar yang ditetapkan pemerintah, keharusan untuk memenangkan partai politik tertentu dalam pemilihan mum setiap lima tahun sekali, dan pengengkangan terhadap kebebasan pers, dapat dihilangkan, sehingga dapat mewujudkan tatanan kehidupan dalam konteks Indonesia Baru yang lebih demokratis, sejahtera dan berkeadilan.
Harapan berlebihan tersebut akhirnya menimbulkan kekecewaan luas setelah delapan tahun agenda reformasi tidak terimplementasikan secara jelas, bahkan disana sini gejala bangkitnya kembali kekuatan lama dalam kemasan baru tampak bermunculan. Banyak orang akhirnya justru skeptis dan apatis terhadap apa pun yang terjadi di Indonesia. Dalam pemberantasan KKN misalnya, bangsa ini tampak tidak berdaya meski para pemimpin bukan tidak tahu kalau dalam soal korupsi Indonesialah jagonya. Pemulihan ekonomi tampak masih sangat prematur. Bias saja penguasa dinegeri ini menyatakan bahwa sejumlah besaran makro ekonomi mengalami peningkatan signifikan. Pertumbuhan ekonomi melesat diatas 3 persen. Tetapi toh kita tidak dapat menghidari kenyataan atas makin beratnya biaya social (social cost) yang harus ditanggung rakyat setelah berbagai macam subsidi dihapus.
Diakui atau tidak, fenomena terjadi akibat kondisi sekarang yang tidak lebih baik. Orang tidak lagi melihat masa lalu sebagai lembaran sejarah hitam dan hak-hak asasi manusia dimana orang yang tidak memberikan dukungan kepada penguasa atau berbeda pendapat sedikit saja dapat dengan mudah diculik dan dipenjarakan dengan tanpa proses peradilan yang mengiringi.
Proses paradoks akan semakin jelas apabila dikaitkan dengan perilaku politik para elite yang tidak lagi mengedepankan kepentingan public. Kepentingan pribadi dan golongan berujung pada uangdan bargaining power disbanding upaya memperjuangkan aspirasi rakyat secara konsisten dan bertanggung jawab.
Dikawasan pedesaan kehidupan yang untuk sebagian besar berstatus petani kecil dengan lahan kurang dari 0,25 hektar dan buruh tani yang mengandalakn tenaga sebagai satu-satunya sumber pendapatan, tetap tidak bergeming. Memburuknya kondisi social ekonomi “komunitas pedesaan” secara umum diperburuk sejumlah kebijakan makro ekonomi yang bersifat sinsentif  dan kontara pemberdayaan terhadap petani. Integrasi ekonomi kedalam jaringan global tanpa persiapan memadai telah membuata kondisi pedesaan babak belur. Tidak hanya kebijakn yang mampu melindungi petani dari perangkap liberisasi, setidaknya membuat hampir tidak ada satupun komuditas agribisnis yang diusakan petani kita memiliki harga yang wajar dan berprospek bisnis yang diusahakan petani kita memiliki harga yang wajar dan berprospek bisnis memadai baik didalam maupun diluar negri. Orang tahu, meyerahkan harga komuditas agribisnis pada situasi seperti sekarang sama artinya dengan bunuh diri.
Prospek agribisnis yang semakin suram secara tidak langsung menjadikan profesi sebagai petani kurang menjanjikan. Tidak mengherankan kalau sejumlah pemuda desa, khususnya yang terpentala dari rasionalisasi dan komersialisasi pertanian, terpaksa hijrah kekota-kota besar. Tidak perduli apakah mereka mendapatkan pekerjaan disektor formal atau harus bergulat disektor informal juga sangat rentan berkejar-kejaran dengan aparat, menghadapi penggusuran dengan alas am macam-macam termasuk kedok penertiban demi keindahan kota. Sebagian lainnya, memilih menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau bekerja diluar negeri, termasuk kemungkinan menjadi pendatang haram. Mereka bukannya tidak tahu bahwa kerja diluar negeri memiliki resiko berat, termasuk kemungkinan terkena hukuman cambuk dan diperkosa.
Apapun yang terjadi, tidak menjadi masalah bagi TKI, apalagi pendapatan yang diraup memang menggiurkan, setidaknya bila dibandingkan dengan bekerja untuk kegiatan yang sama ditanah air. Maka, jadilah para TKI sebagai pahlawan sesungguhnya yang memberikan kontribusi sangat besar terhadap devisa Negara. Bandingkan apa yang dilakukan TKI dengan konglomerat hitam yang telah menjarah asset-aset Negara yang kini utang-utangnya minta direktrukturisasi dan berhasil mengembalikannya, merekapun minta pemerintah tidak melakukan tuntutan hukum (release and discharge).
Ketimpangan tidak hanya terjadi dibidang ekonomi, tetapi juga dibidang-bidang kehidupan lain yang sangat luas dimensinya. Secara politis, bangsa kita belum siap berdemokrasi. Beda pendapat yang harusnya merupakan anugrah dan rahmat yang memungkinkan kita semakin kaya alternative untuk menyelesaikan kehidupan bangsa ini, justru membuat kita sering lalai dan memaksakan kehendak. Para pemimpin terkesan tanpa ragu-ragu memprovokasi massa dan simpatisan pendukungnya untuk menyerang kubu lain yang bersebrangan. Karena bangsa ini tidak memilki pengalaman untuk mengelola konflik secara konstruktif akibat penyeragaman selama 32 tahun rezim orde baru berkuasa orang mudah terhasut. Massa bawahpun tidak ragu-ragu untuk memaksakan kehendak dan bila perlu membuat anarkhi.
Selain itu factor frimordial dan hubungan emosional maĆ­z kental menghinggapi pemilih irasional dan tradisional dengan kecenderungan seperti seorang pemimpin dan pemilik partai politik terbukti belum mampu menjalankan pendidikan politik yang baik dan bertanggung jawab kepada seluruh rakyat sehingga mampu membuat mereka bias beralih menjadi pemilih rasional dan beradab.
Wajar, kalau dikota-kota besar dimana sebagian besar pemilih rasional beradab, pilihan jatuh kepartai-partai baru. Para aktivis prodemokrasi yang sebagian besar orang-orang pintar encer rupanya belum sadar mengenai pentingnya persatuan antara mereka. Tidak mengherankan kalau orang-orang dengan idiologi yang sama yang harusnya lebih ideal kalau bergabung dalam satu organisasi atau asosiasi malah mendirikan partai sendiri. Semuanya mau menjadi pemimpin, sehingga sangat tepat kalau Indonesia disebut sebagai Negara serbu satu calon presidan, Gubernur, bupati dan sebagainya.
Dalam pada itu, secara buadaya kita juga tidak memiliki landasan yang kuat untuk membangun sebuah arena kompetisi secara sehat. Pentingnya sumber daya manusia dalam merealisasikan daya saing bangsa baru sebatas slogan dan pidato, tidak ada tindak lanjut yang secara simultan mampu menjadi sarana pencerahan. Pemberantasan kemiskinan tidak berjalan efektif. Selain sebagian dana dikorupsi, sasaran kelompoknyapun seringkali tidak jelas. Beban Negara semakin berat mengingat sebagian dana pemberantasan Negara tadi adalah utang luar negeri yang harus dibayar generasi berikutnya.
Mahalnya biaya pendidikan juga menjadi salah satu permasalah lain, yang menyebabkan kelompok miskin nyaris teramputasi kemampuannya untuk menyekolahkan anak-anaknya kejenjang pendidikan yang lebih baik. Selain cermin buruknya pendidikan di Indonesia, hampir tidak adanya perilaku sederhana dilingkungan kita setidaknya orang mudah terjebak dalam budaya konsumerisme yang berlebihan. Inilah yang dikatakan orang sebagai selera mewah bangsa miskin.
Barangkali kita mestinya dalam membangun kembali Indonesia, perlu belajar dai Jepang dan bangsa-bangsa Asia Timur lainnya. Jepang bukan saja miskin sumber daya alam akan tetapi infrastruktur sosialnya pun berantakan setelah Perang Dunia II, tetapi semuanya dapat teratasi dengan baik karena bangsa ini bersedia bekerja keras dan hidup sederhana. Sehingga bias menjadi bahan instrosfeksi tentang apa yang sudah, sedang dan akan dilakukan sesuai dengan peran, fungsi, dan tanggung jawab profesi kita masing-masing atau ia lebih layak menjadi bahan tertawaan. Terserah kita melihat dari sisi mana.

 

Belajar Efektif

Cara Belajar Efektif
Henry Brooks Adams

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui 
diri sendiri  kemampuan belajar anda  proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan  minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan  Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.
Empat langkah untuk belajar
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya.  Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.

1.      Apakah pengalaman anda tentang cara belajar?  Apakah anda
What was your experience about how you learn?  Did you
Mulai dengan masa lalu
senang membaca?
memecahkan masalah?
menghafalkan?
bercerita?
menterjemah?
berpidato?
mengetahui cara menringkas?
tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
meninjau kembali?
punya akses ke informasi dari banyak sumber?
menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?
Apa kebiasaan belajar anda?
Bagaimana tersusunnya?
Yang mana terbaik?
terburuk?
Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda  ketahui belajar paling baik?
Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?

2.      Teruskan  ke masa sekarang
 Berminatkah anda?
Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya?
Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses? 
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?  
Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?
Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?    

3.      Pertimbangkan proses,  persoalan utama
Apa judulnya?
Apa kunci kata yang menyolok?  
Apakah saya mengerti?
Apakah yang telah saya ketahui?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya? 
Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?
Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti?
Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?
Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa?
Apakah saya berhenti dan meringkas?
Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis? 
Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)? 
Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi?
Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut?
Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan? 
4.    Buat  review
Apakah kerjaan saya benar? 
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"?
Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri? 
Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?
Halaman ini digambarkan dari "metacognition", istilah yang diciptakan oleh Flavell (1976), dan disampaikan oleh banyak orang. Sumber-sumber tambahan telah dikembangkan oleh

Berpikir Kritis


Learning without thought is labor lost Confucius

Berpikir Kritis adalah "ketetapan yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau menangguhkan penilaian terhadap suatu pernyataan, dan tingkat kepercayaan dengan mana kita menerima atau menolaknya." dari Critical Thinking oleh Moore dan Parker.
Strategi Untuk Membaca Secara Kritis
Tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada diri anda sendiri:
Apa topiknya?
Kesimpulan apa yang diambil oleh pengarang tentang topik tersebut?
Alasan-alasan apa yang diutarakan pengarang yang dapat dipercaya? 
Hati-Hati dengan alasan yang tidak obyektif (misalnya kasihan, ketakutan, penyalahguaan statistik, dll) yang dapat menipu pembaca.
Apakah pengarang menggunakan fakta atau opni?
Fakta dapat dibuktikan.
Opini tidak dapat dibuktikan dan mungkin tidak mimiliki dasar yang kuat.
Apakah pengarang menggunakan kata-kata netral atau emosional?
Pembaca kritis melihat di balik kata-kata untuk mengetahui apakah alasan-alasan jelas.
Karakteristik Pemikir Kritis
Mereka jujur terhadap diri sendiri
Mereka melawan manipulasi
Mereka mengatasi confusion
Mereka bertanya
Mereka mendasarkan penilaiannya pada bukti
Mereka mencari hubungan antar topik
Mereka bebas secara intelektual
Diadaptasi dari Critical Thinking oleh Vincent Ryan Ruggiero

CARA YANG BENAR DALAM MENGANALISA


CARA YANG BENAR DALAM MENGANALISA

1.  Apakah segala  sesuatu mengalami perubahan ?

Tanpa ada perkecualian segala sesuatu berubah dan akan terus berubah. Kita tidak dapat berpikir tentang sesuatu yang telah mutlak selesai dan lengkap dan tidak akan barubah lagi. Apabila memperhatikan sekeliling kita, alam dan masyarakat manusia, kita dapat menyaksikan segala sesuatu -­bahkan manusia -- terus berubah. Kita bisa melihat berbagai macam hal tumbuh berkembang dan berubah. Perubahan dapat tarjadi secara perlahan-lahan atau tiba-tiba dan mendadak. Segala sesuatu mempunyai permulaan dan akhir.

Bila segala sesuatu berubah, maka pemahaman manusia mengenai sesuatu hal dan pengetahuannya berubah dan  berkembang pula. Analisa yang akurat terhadap  sebab-sebab dan cara-cara bagaimana sesuatu benda dan peristiwa berubah merupakam lompatan jauh ke depan dan dapat memicu kemajuan pengetahuan manusia. Dan melalui kemajuan pengetahuan manusia sanggup secara aktif dan efektif mangubah sesuatu untuk keuntungannya sendiri. Oleh karena kita mengetahui dan menyadari segala sesuatu terus berubah, maka kita tidak akan mundur atau menyerah pada saat menghadapi setiap masalah dan situasi sulit.  Akan tetapi sabaliknya kita akan secara aktif mencoba mengatasi masalah untuk memajukan kepentingan demokrasi nasional rakyat .

2. Apakah sebab-sebab segala sesuatu barubah ?

Sebab-sebab terjadinya perubahan: sabab internal, sebab dari dalam. Faktar utama yang menentukan tarjadinya perubahan sesuatu hal -- benda atau paristiwa-- dan gerakannya, adalah kontradiksi di dalamnya, kontradiksi adalah kasatuan dan perjuangan dari sisi-sisi atau aspek-aspek yang bertentangan  didalam satu hal.

Contoh mengapa masyarakat Indonesia berubah dan  berkembang? Apakah disebabkan oleh nasib atau kah oleh bantuan negara lain? Apa yang menyebabkan masyarakat bergerak adalah kontradiksi di dalamnya. Kontradiksi di antara kelas-kelas yang ada. Perjuagan dan pertentangan di antara kelas-kelas masyarakat. Di satu pihak ada-kelas penguasa yang menindas dan menekan perkembangan tanah air negeri Indonesia. Di fihak lain, ada kelas pekerja yang diperas yang bekerja untuk pembangunan kebebasan dan demokrasi.

 Kondisi eksternal, kondisi diluar dipihak lain mempengaruhi terjadinya perubahan. Tiada sesuatu yang terpisah dari lingkungannya. Dalam perkembangan dan pergerakannya, sesuatu hal beraksi bergerak dan menerima reaksi dari segala sesuatu di sekelilingnya. Ini adalah kondisi eksternal yang memparcepat atau memperlambat sebagai faktor cocok atau tidak-cocok terjadinya perubahan suatu obyek.

Contoh, bahwa faktor yang menentukan perkembangan yang kontinyu dari kawan-kawan dalam perjuangan adalah gagasan-gagasan yang benar dan salah dalam pikirannya, sokongannya terhadap kepentingan demokrasi-nasional-rakyat melawan siapa saja dan apa saja yang bertentangan dengan ini. Sekarang, semuanya tergantung pada kawan tersebut untuk memutuskan apakah ia akan terus berjuang untuk revolusi atau mundur dan menyerah. Tetapi kemudian faktor-faktor eksternal di sekeliling dia juga memiliki pengaruh penting dalam keputusannya. Misalnya,  kolektifnya. kawan-kawan yang menjadi “political officer" di unitnya, keluarganya, kekasihnya, massa dan orang-orang terdekat  lain.

3. Apakah artinya membagi satu menjadi dua ?
Membagi satu menjadi dua tidak berbeda dari studi kontradiksi. Hal ini akan menjadi inti pembahasan dari usaha mempelajari ciri-ciri dan perjuangan dari hal-hal yang saling bertentangan.

Analisa membagi satu menjadi dua adalah cara yang benar dalam menganalisa. Melalui cara ini, kita mengetahui mengapa dan bagaimana perubahan suatu obyek atau peristiwa terjadi. Kita menangkap esensi suatu obyek dan kita membenturkan pergetahuan kita dengan kondisi obyektif yang melekat pada suatu obyek.

Ketika kita mengnalisa sesuatu, kita harus selalu memusatkan diri pada mempelajari esensi, mempelajari aspek-aspek, sisi-sisi,  ciri-ciri, dan kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan yang menggerakkan obyek tersebut. Di dalam diri seorang kawan atau di dalam suatu unit kerja misalnya,  kita menganalisa pertentangan gagagasan-gagasan, ciri-ciri negatif dan positif, benar atau salah, revolusioner atau tidak. Di dalam desa-desa kita, kita menganalisa kontradiksi antara pihak revolusioner dan kontra-revolusioner antara kelas penguasa yang pemeras dan penindas di satu pihak, dengan massa yang diperintah ditindas dan diparas dipihak lain.

4. Bagaimana kita menggunakan perbandingan dan perbedaan dalam analisa kita ?                                 

Perbandingan dan perbedaan atau kontras adalah dua metode yang kita gunakan dalam menganalisa. Bila kita menganalisa kontradiksi yang membuat suatu obyek bergerak, maka kita akan dapat mengetahuinya dengan lebih baik dengan cara membandingkan dan memperbedakan, membuat kontras dengan kontradisi yang lain. Misalnya, kontradiksi di satu desa kita bandingkan dan kontraska dengan desa yang lain.

Dengan perbandingan, kita menganalisa ciri-ciri umum yang malekat di dalam kontradiksi yang dipelajari dan kita menemukan ciri-ciri tersebut pada kontradiksi yang lain. Perbandingan membantu kita dalam mamusatkan analisa pada esensi obyek dan mambimbing kita dalam mempelajari kontradiksi.

Contoh, bila kita manganalisa masalah seorang kawan, kita mengetahui segera bahwa sebagai seorang kawan, ia mengangkat kepentingan demokrasi-nasional rakyat --suatu ciri umum semua kawan-kawan. Ini membimbing kita manganalisa dan mangatasi masalahnya. Contoh lain adalah kita mengetahui bahwa kontradiksi di desa kita adalah sama dengan kontradiksi yang ada di semua desa-desa di Indonesia. Itulah sebabnya mengapa revolusi agraria bisa diterapkan dan harus dilaksanakan di desa kita. Bahkan summing-up terhadap pengalaman-pengalaman protes dan pemberontakan petani baik yang telah terjadi dalam sejarah maupun selama tiga puluh tahun terakhir di bawah rejim boneka fasis Soeharto, memberikan ide pada kita mengenai bagaimana perlunya dan cara melaksanakan revolusi agraria di desa yang kita gerakkan.

Akan tetapi, pasti tidak mungkin satu kontradiksi sama secara komplit dengan kontradiksi lain. Setiap kontradiksi memiliki ciri-ciri tertentu yang secara khusus melekat pada tiap kontradiksi, suatu ciri inheren dari suatu kontradiksi. Itulah sebabnya, tidak pada tempatnya membandingkan bulat-bulat sama satu masalah dengan masalah yang lain, dan menjiplak jalan keluarnya.

Bersamaan dengan perbandingan, perlu juga dilakukan pembedaan atau kontras, agar mengetahui ciri-ciri khusus, partikular, dari kontradiksi yang dipelejari. Dengan membuat kontras, kita merumuskan pemahaman kita terhadap suatu obyek. Pambedaan perlu untuk merumuskan solusi atau metode perjuangan yang tepat dan cocok.

 Contoh, adalah tidak mungkin menjiplak tiap tahap yang dijalankan oleh satu desa dalam pengurangan sewa tanah. Sebab, mungkin sekali bentuk korupsi tuan tanah berbeda-beda. Mungkin juga watak dan kekuasaan tuan tanah, mandornya, tukang-pukulnya, BABINSA dan HANSIP di desa tersebut sedikit barbeda. Dan mungkin juga kekuatan dan kesiapan massa, organisasi massa patani di desa dan kepemimpinannya, dan seterusnya, juga berbeda. Jadi, dalam merumuskan sebuah rencana aksi pengurangan sewa tanah, perlu dipelajari situasi-situasi dan kebutuhan-kabutuhan,  khusus dan istimewa yang khas desa tersebut.

5. Mengapa perlu mengaitkan analisa umum dan analisa khusus ?

Setiap obyek yang kita analisa merupakan bagian dari obyek yang lebih luas dan besar. Untuk menghindari analisa sepihak atau mata kuda, kita harus memperhitungkan relasi obyek yang kita analisa dengan keseluruhan bagiannya. Kita harus mencatat bagaimana relasi tersabut mempengaruhi dan mencerminkan perkembangan dari hal yang lebih besar terhadap satu obyek. Dengan kata lain, ketika kita menganalisa suatu obyek, kita mengetahui bahwa obyek tersebut merupakan bagian khusus dari keseluruhan hal yang umum. Dengan cara seperti itu, kita akan dapat memahami sebab-sebab dan perkembangan obyek tersebut secara lebih baik lagi.

Contoh, desa yang sedang kita organisir dan kita gerakan, merupakan bagian dari satu kecamatan, kabupaten dan propinsi. Lingkungan di kota kecamatan dan kabupaten, misalnya tardapat  baberapa kompi tentara, KODIM, KORAMIL, KAPOLRES, BABINSA, HANSIP dan seterusnya, merupakan titik berat reaksi militer, yang sudah jelas kekuatannya di desa. Musuh bisa malancarkan operasi militer secara langsung, atau sekadar mangerahkan formasi BABINSA dan HANSIP harus menjadi perhitungan kita. Dengan manghubungkan analisa di desa dan relasinya dengan lingkungan di kota, kita dapat memahami bagaimana dan mengapa reaksi militer musuh terjadi. Kita tidak boleh menganggap bahwa hal ini hanya marupakan reaksi biasa atas satu insiden yang terjadi di desa, misalnya.

Contoh lain, komite desa kita tidak bergerak terpisah dari gerakan. Sebab, rencana-rencana kita memang tidak mamberikan tugas tersebut pada tingkat seksi dan kabupaten. Di dalam assessment, kita juga memperhatikan dampak dan pengaruh dan pedoman dari atas dan gerakan secara umum dalam skope kota atau seksi.


Analisa kita terhadap suatu obyek harus memperhatikan telah bagian-bagian yang membentuk kebulatan suatu obyek. Dengan cara demikian pemahaman kita mengenai suatu hal akan menjadi lebih lengkap, penuh dan mendalam. Kita mengulail kesimpulan-kesimpulan akhir dan menolak kesimpulan-kesimpulan awal.

Di dalam assesment kita, misalnya, bukanlah untuk mengatakan bahwa secara umum jalannya perjuangan adalah baik. akan tetapi kita harus mencatat perjuangan dari berbagai macam kelompok dan pelaksanaan berbagai macam tugas-tugas, di dalam paindidikan, organizing dan pengerahan massa. Hanya dengan cara analisa inilah implementasi program dan rancana kita akan menjadi jelas, penuh dan benar.

6. Bagaimana suatu obyek berubah ?

Pada awalnya, satu aspek dari kontradiksi lebih kuat dan superior dari aspek lain yang lemah. Aspek yang dominan menentukan ciri dasar atau esensi suatu obyek. Masyarakat Indonesia, sebagai contoh, setengah-jajahan dan setengah-feodal karena diperintah dan didominasi oleh imperialisme Amerika, feodalisme dan kapitalisme birokrat.                                                           

Akan tetapi situasi ini tidaklah stagnan, mandeg. Perjuangan dari dua aspek tidaklah berhenti. Bantuk dan kekuatan dari masing-masing aspek terus barubah. Kita menyebut hal ini sebagai perubahan kuantitatif. Satu tingkat nampak seakan-akan obyek tidak berubah. Apa yang dapat kita perhatikan bila terjadi perubahan hanyalah bentuk luar atau penampilan luar obyek.

Di dalam masyarakat Indonesia,  pertentangan kelas kelihatan menyolok dalam bermacam-macam perubahan dalam bentuk seperti: meningkatnya jumlah pengangguran, protes-protes massal petani, peemberontakan bersenjata petani, perang di pedesaan Aceh dan Timor-timur, buruh-buruh mogok, dan berbagai macam perjuangan massa, termasuk gerakan mahasiswa yang patriotik dan nasionalis. Akan tetapi, belum terjadi perubahan terhadap relasi mendasar kelas-kelas  di negeri ini.  Inilah  sebabnya mengapa esensi setengah-feodal dan setengah-jajahan masyarakat  Indoneesia  masih tetap di dalam.                                             

Dengan terus memperkuat aspek fundamental dan memperlemah aspek pokok, maka saatnya akan tiba ketika  aspek fundamental yang menjadi aspek yang memajukan, akan menjadi aspek pokok yang akan mandominasi kini. Perubahan ini kita sebut perubahan kualitatif. Perubahan posisi dominasi dari aspek-aspek yang saling berlawanan akan disertai lompatan-jauh ke depan yang akan merubah esensi sebuah obyek.

Perubahan kualitatif dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan datang pada saat revolusi-demokrasi nasional berhasil: Kelas penguasa yang semula menindas dan memeras, akan diperintah, dan kelas yang ditindas dan diperas akan men,jadi kelas yang memerintah. Akan terjadi perubahan esensi masyarakat Indonesia, perubahan aspek dasar kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan di negeri ini.

Adalah penting untuk membedakan analisa antara perubahan kuantitatif dan kualitatif terhadap suatu hal. Dengan cara ini, kita tidak bakal diperdayakan oleh perubahan-perubahan atas penampilan dan esensi. Terdapat perbedaan misalnya, antara reformasi dan revolusi. Tambahan pula, cara ini memberikan kejernihan pada kita, mengenai apa kebutuhan-kebutuhan ­dan syarat-syarat supaya perubahan signifikan atas suatu benda dan peristiwa dapat terjadi.

7. Bagaimana suatu kontradiksi bisa diatasi dan suatu obyek dapat berakhir ?

Kontradiksi berakhir pada saat persatuan dan perjuangan dari aspek-aspek yang bertentangan lenyap, ketika dasar-dasar salah satu aspek yang menentang telah lenyap --aspek yang sudah matang terkebelakang, runtuh, bobrok dan reaksioner. Maka, persatuan diantara aspek-aspek yang bertentangan hancur dan kontradiksi diatasi. Dan bila ini terjadi, suatu obyek akan berakhir. Kontradiksi yang baru akan mulai dalam obyek yang baru.

Contoh, sepanjang hubungan feodal yang mendasar tetap berlangsung di pedesaan, maka dasar-dasar bagi Imperialisme Amerika dan kapitalisme birokrat untuk menduduki kekuasaan tetap mungkin. Akan tetapi, di dalam kemenangan revolusi damokrasi nasional rakyat, perubahan posisi dari dua kubu yang saling bartentangan, dari kelas-kelas yang bertarung di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan terjadi. Dan untuk mengatasi kontradiksi ini dan mengakhiri watak setengah-jajahan dan setengah-feodal masyarakat Indonesia, maka perlu dimplementasikan revolusi agraria dan secara sistematis menghancurkan sisa-sisa aturan politik reaksioner di seluruh Pojok negeri. Hanya dengan cara demikianlah foodalisme dan kapitalisme birokrat akan lenyap. Dominasi ampuh imperialisme Amerika akan diganyang habis, dan dari puing-paing masyarakat kuno itu, kebebasan sejati demokrasi dan Indonsia yang maju akan didirikan.

 Dengan mengetahui bagaimana kontradiksi diatasi dan bagaimana sebuah obyek barakhir, kini menjadi jelas dalam analisa kita tanggungjawab-tanggungjawab apa yang diperlukan dan dalam situasi apa kita dapat menyingkirkan dasar-dasar dari hal-hal yang saling berlawanan. Jelas bagi kita untuk menyempurnakan solusi masalah-masalah yang kita hadapi dan dan hal-hal lain yang perlu kita penuhi untuk mencapai solusi akhir.

Adalah tanggung-jawab analisa kita untuk mengetahui tidak hanya bagaimana mangatasi kontradiksi, tetapi juga bagaimana mamenamgkan perjuangan demi kepentingan rakyat. Ada dua jenis pertarungan; pertarungan yang antagonistik, yang ditandai dangan kekerasan, dan pertarungan yang non-antagonistik atau moderat. Pertarungan antara kelas penguasa dan kelas yang dihisap dan ditindas marupakan partarungan yang antaganistik karena kontradiksi yang terjadi tidak akan dapat diatasi tanpa metode kekerasan seperti revolusi. Sedangkan pertarungan ide-ide yang benar dan salah di dalam tubuh gerakan merupakan perjuangan yang non-antagonistik. Hal ini dapat diatasi melalui cara-cara moderat seperti diskusi dan kritik yang demokratis, dan tidak dengan sikap kekerasan.

Dengan menganalisa jenis-jenis pertarungan dari sebuah kontradiksi akan memperjelas kita mengenai metode yang perlu dalam manangani pertentangan. Penanganan dengan kekerasan terhadap kontradiksi yang non-antagonistik akan menghancurkan tujuan dan kepentingan rakyat. Akan tetapi sebaliknya, jika kita menganggap bahwa pertarungan antara kelas penindas dan penghisap dan kelas yang dihisap dan ditindas, maka kita melorot pada reformisme, yang akan menghalangi dan merugikan gerakan kita, dan hanya menguntungkan musuh.

MEMBANGUN METODE BERPIKIR REVOLUSIONER


MEMBANGUN METODE BERPIKIR REVOLUSIONER

Oleh: Sayid Rahardian
Secara singkat filsafat dapat dikatakan sebagai teori umum tentang kenyataan. FIlsafat meliputi penelaahan terhadap berbagai hal mendasar seperti hubungan antara berpikir dan keadaan (thinking and being), antara ide dan materi; bagaimana segala sesuatu berubah dan berkembang; apakah ada kehidupan lain setelah tubuh mati atau tidak; dan sebagainya. Singkatnya, filsafat mengamati semua masalah yang berurusan dengan alam, masyarakat dan pikiran. Karena itulah filsafat menjadi titik tolak yang sangat baik untuk studi kita. Pengetahuan kita tentang ekonomi politik yang sudah dimiliki kini bisa diperiksa kembali landasan filsafatnya, apakah sudah berpijak pada cara pikir yang konsisten dan tepat atau belum. Selama perjalanan sejarah manusia, sudah tak terhitung jumlah filsuf di dunia. Mulai dari pemikir-pemikir dalam masyarakat Yunani seperti Aristoteles, Plato, Socrates dan seterusnya sampai pada pemikir-pemikir modern seperti John Stewart Mill dan Bertrand Russell. Dalam studi ini, kita tidak akan mengulas semua pikiran yang pernah dijabarkan manusia selama hidupnya, juga tidak sebagian dari mereka seperti yang lazimnya dilakukan oleh studi-studi filsafat.Dunia pergerakan sebagai sebuah profesi revolusioner yang telah atau sedang dan yang akan kita geluti untuk membebaskan rakyat dari penindasan dan penghisapan kaum penindas, pun memerlukan panduan berupa metode berpikir, tentunya metode berpikir yang sudah teruji keampuhannya dalam merontokkan sistem penindasan. Adagium Rusia berkata : " Tidak ada gerakan revolusioner tanpa teori revolusioner “, adalah benar tentunya. Persoalan logika berpikir gerakan adalah masalah hubungan antara pikiran dan keadaan, atau antara ide (pikiran) dengan materi. Antara mana yang lebih dahulu (primer) dan sekunder antara ide dan materi ? Jawaban atas pertanyaan ini membagi dua aliran filsafat yaitu : Idealisme dan Materialisme. - Idealisme memandang bahwa ide atau pikiran ada terlebih dahulu (primer) dan keadaan atau materi adalah sekunder, karena dilahirkan atau ditentukan oleh pikiran. - Materialisme memandang sebaliknya.
IDEALISME
Filsafat idealisme terbagi menjadi dua sebagai berikut :
1.      Idealisme Obyektif yaitu mereka yang berpangkal tolak dari ide yang secara objektif ada diluar manusia, misalnya, ide Tuhan menurut filsafat agama dan ide absolut menurut filsafat Hegel.Golongan ini umumnya berpendapat, misalnya adanya kehidupan dan alam semesta karena perwujudan dari ide Tuhan sang pencipta. Dalam kehidupan keseharian pemikiran idealisme obyektif mengambil bentuk penumpuan segala sesuatu kepada apa yang disebut tuhan, dewa dan kekuatan-kekuatan ghaib lainnya. pikiran filsafat semacam ini kita jumpai antara lain misalnya : “apa mau dikata, nasibku memang sudah ditakdirkan demikian”, dsb.
2.      Idealisme Subyektif yaitu mereka yang berpendapat bahwa ide subjektif kita manusia menentukan keadaan dunia sekeliling. Orang yang selalu menggantungkan harapan kepada ide manusia adalah contoh orang yang idealisme subyektif. Tokoh yang terkenal adalah Bishop George Berkeley, seorang filsuf Inggris yang menyangkal adanya dunia material secara objektif. Dalam kehidupan keseharian dapat kita jumpai misalnya: “keadaan dunia ini tergantung dari suasana hatimu, bila hatimu bahagia, dunia ini menjadi cerah, tapi bila hati muram, maka dunia menjadi gelap gulita” ; “ Dunia menjadi hitam jika kamu memakai kaca mata hitam, tapi ia akan menjadi semarak jika mengenakan warna merah”. Idealisme subyektif menyangkal adanya dunia materil yang obyektif dan mengakui dunia yang riil hanya dalam sensasi manusia.
MATERIALISME
Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada (primer) sedangkan ide atau pikiran adalah sekunder. Dengan kata lain materialisme mengakui bahwa materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi. Terlihat misalnya, bahwa keadaan penghidupan manusia yang membutuhkan tempat berteduh telah melahirkan ide di alam pikirannya untuk membangun rumah. Oleh karena di kota-kota besar jumlah penduduk membesar, maka kebutuhan tanah untuk perumahan akan makin besar pula, sehingga harga tanah akan membubung tinggi, dan keadaan ini yang menimbulkan ide untuk membangun rumah bertingkat. Demikian juga idea tentang Indonesia merdeka dilahirkan oleh keadaan hidup bangsa dan rakyat Indonesia yang menderita karena penindasan dan penghisapan kolonialisme. Jadi idea atau pikiran itu tak lain adalah pemurnian atau refleksi keadaan atau kenyataan yang material. Filsafat Materialisme terbagi menjadi 4 (empat) :
1.      Materialisme Primitif Faham materialisme yang berkembang pada zaman Yunani Kuno kira-kira 600 tahun sebelum masehi. Secara ilmiah masih sederhana tetapi merupakan cikal bakal dari paham materialisme. Materialismme primitif inilah berperan dalam perkembangan paham Materialisme selanjutnya.
2.      Materialisme Mekanik Materialisme mekanik memandang bahwa setiap gejala bagaikan mesin segala macam gerak dipandang hanya sebagai gerak mekanik yaitu pergeseran tempat dan perubahan jumlah saja tanpa perubahan secara kualitatif. Seperti gerak pada putaran rantaia sepeda.
3.      Materialisme Metafisik filsafat materialisme yang memandang dunia secara sepotong-sepotong atau dikotak-kotak, tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran berasaskan golongan ini misalnya “sekali maling tetap maling”, memandang orang sudah ditakdirkan dan tidak bisa berubah.
4.      Materialisme Dialektika (Dialectica Materialism--DIAMAT) Matrialisme Dialektika adalah materialisme yang memandang segala sesuatu selalu berkembang sesuai dengan hukum-hukum dialektika. Memandang dunia semata ini secara keseluruhan, tidak sepotong-potong atau berat sebelah, tidak beku atau statis, melainkan dalam suatu proses perkembangan yang terus menerus tiada akhirnya. Pikiran-pikiran materialisme dialektik inipun dapat kita jumpai dalam kehidupan misalnya, “bumi berputar terus, ada siang ada malam”, “habis gelap timbullah terang”, “patah tumbuh hilang berganti”, dsb. Semua pikiran ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa berkembang. Hukum Dialektika: Hukum tentang saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara obyektif di dalam dunia semesta.
POKOK-POKOK PANDANGAN MATERIALISME DIALEKTIKA
A.    Dunia Kenyataan Objektip Adalah Material
Sama seperti filsafat materialis lainnya, materialisme dialektik pertama-tama mengakui, bahwa materi atau keadaan (being) adalah primer dan idea atau pikiran itu adalah sekunder. Materi yang dimaksudkan di sini tidak berarti hanya benda tapi segala sesuatu yang adanya secara nyata (riil), yang dapat ditangkap oleh indera, dilihat, dibaui, didengar, diraba dan dirasakan. Selain itu yang lebih penting bahwa materialisme dialektik mengakui materi atau kenyataan objektip itu berada di luar kesadaran subjektip, artinya adanya suatu materi itu tidak ditentukan oleh kesadaran atau pengetahuan kita. Misal, adanya pengaruh resesi dunia kapitalis dalam kehidupan ekonomi kita, kita sadari atau tidak kenyataan itu tetap ada. Ada sementara orang yang hanya mau mengakui suatu hal sebagai suatu kenyataan apabila sudah ia sadari, dengan kata lain ada atau tidak adanya suatu kenyataan itu ditentukan oleh kesadaran subjektif. Inilah pandangan idealisme subjektif. Sering secara tidak sadar tergelincir ke dalam pandangan yang demikian, hingga jatuh dalam jurang subjektivisme. Dasar material dari pendirian kita bahwa idea atau fikiran itu sekunder adalah sebagai berikut:
1.      Suatu ide atau pikiran mesti dilahirkan oleh suatu materi yang dinamakan otak, tanpa otak tak akan ada idea atau pikiran
2.      Menurut isinya, suatu idea mesti merupakan suatu pencerminan dari suatu kenyatan objektif atau materi, sekalipun betapa abstraknya materi itu, misalnya ide masyarakat adil makmur, adalah pencerminan yang berpangkal dari suatu kenyataan masyarakat yang serba tidak adil dan miskin, hingga menimbulkan angan atau cita-cita akan sebuah masyarakat yang adil dan makmur.
Dalam mencerminkan kenyataan objektif, ide atau pikiran tidak hanya seperti sebuah cermin atau alat pemotret yang dapat mencerminkan objek sebagaimana adanya, tapi dapat juga mengembangkannya lebih jauh; menghubungkan, membandingkan dengan kenyataan-kenyataan lain lalu menarik kesimpulan atau keputusan, hingga melahirkan suatu idea untuk merubah kenyataan itu. Peranan aktif ide ini mendapatkan tempat yang sangat penting dalam pandangan materialisme dialektik, karena motif berpikir kita pada umumnya untuk memecahkan persoalan atau mengubah kenyataan, dan tidak hanya sekedar mencerminkan kenyataan begitu saja. Meskipun demikian, ide itu sendiri tidak dapat secara langsung mengubah kenyataan atau keadaan, dan untuk dapat mewujudkannya ide memerlukan dukungan kekuatan material. Dan seterusnya kekuatan material inilah yang secara kongkrit mengubah kenyataan atau keadaan itu, Gagasan Indonesia tidak akan dapat menjadi kenyataan apabila tak dapat menghimpun dan menggerakkan Rakyat Indonesia untuk mewujudkannya. Kegunaaan praktis dari prinsip pertama filsafat materialisme dialektik adalah, bahwa dalam menghadapi suatu persoalan kita harus bertolak dari kenyataan objektif sebagaiman adanya, bukan dari dugaan atau pikiran subjektif kita. Dan dengan pengetahuan kita yang lengkap mengenai kenyataan itu kita baru dapat menyusun suatu ide atau cara yang tepat untuk pemecahannya.
B.     Dunia Kenyataan Obyektif Merupakan Satu Kesatuan Organik
Dunia materiil atau kenyataan objektip merupakan suatu kesatuan organik, artinya setiap gejala atau peristiwa yang terjadi di dunia sekeliling kita, tidak berdiri sendirian, tapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. seperti tubuh kita, setiap bagian badan mempunyai saling hubungan dengan bagian badan lainnya secara tak terpisah. Oleh karena itu, sebuah gejala dapat dimengerti dan diterangkan kalau dipandang dalam hubungannya dengan keadaan-keadaan yang tak terpisahkan dengan gejala-gejala di sekelilingnya, sebagai gejala-gejala yang ditentukan oleh gejala-gejala di sekitarnya. Pertumbuhan padi hanya dapat dimengerti hanya bila kita mengetahui saling hubungannya dengan keadaan tanah, air, dan matahari dsb. yang ada di sekitarnya; disamping keadaan saling hubungan antara bagian-bagian dari pohon padi tadi yaitu, akar, batang, daun, dsb. Saling hubungan antara gejala-gejala di sekitar kita itu banyak corak dan ragamnya, ada yang langsung dan ada yang tak langsung; ada saling hubungan yang penting dan yang tak penting; ada saling hubungan keharusan dan kebetulan dsb. Semua harus dipelajari dan dapat dibedakan. Terutama saling hubungan keharusan dan yang kebetulan. Salah satu bentuk saling hubungan kausal atau sebab-akibat. Dan kita hanya dapat memahami sesuatu hal apabila kita mengetahui sebab dan syarat-syarat serta faktor yang melahirkan hal-hal tersebut. Dengan mengenal baik saling hubungan internal suatu hal-ikhawal, serta saling hubungannya dengan keadaan sekeliling (ekstern), kita tidak hanya dapat memahami sifat dan kualitasnya, tapi juga dapat mengetahui hukum-hukum yang menguasai perkembangannya. Dengan mengenal baik saling hubungan antar klas yang barada dalam masyarakat kita serta hubungannya dengan dunia sekitar sebagai keseluruhan, kita dapat memahami watak masyarakat kita. Materialisme dialektika memandang suatu hal ikhwal tidak secara terpisah dari hubungannya dengan keadaan sekitarnya. Supaya kita saling mengenal baik saling hubungan kenyataan di sekitarnya. sehingga kita dapat mengetahui hukum yang menguasainya. Dan hanya berdasarkan hukum-hukum yang kita ketahui, kita dapat mengubah hal ikhwal tersebut. .
C.    Dunia Materil Senantiasa Bergerak Dan Berkembang
Materialisme dialektis selanjutnya menunjukkan bahwa, dunia materi atau kenyataan objektip itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang terus menerus. Keadaan diam atau statis, hanya bersifat sementara atau relatif, disebabkan karena kekuatan didalamnya serta hubungannya dengan kekuatan-kekuatan yang ada di sekitarnya dalam keadaan seimbang. Misalnya air dalam satu panci, dalam keadaan temperatur dan tekanan udara yang bias, nampaknya diam, padahal molukel-molukel air itu dalam keadaan bergerak, hanya saja dalam kecepatan yang rendah dan stabil, dan tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Demikian juga kekuatan-kekuatan antara air dengan dinding-dinding panci itu, tapi setelah panci dipanasi maka gerakan-gerakan molukel air makin cepat hingga makin nampak geraknya, akhirnya sampai pada 100 derajat celsius. Pecahlah keseimbangan mereka hingga air berubah menjadi uap dan meninggalkan panci tersebut. Materialisme dilalektika tidak hanya berpendapat, bahwa materi itu senantiasa dalam keadaan bergerak dan berkembang, tapi juga berpendapat bahwa gerak materi itu adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh kekuatan di luarnya. Gerak bumi kita adalah gerak sendiri, bukan digerakkan oleh "gerak pertama", sebagaimana yang dikemukakan Newton, Yang pada hakekatnyanya adalah pandangan idealisme -- "gerak pertama" itu digerakkan Tuhan. Materialisme dialektika lebih lanjut menjelaskan. bahwa gerak materi banyak ragamnya, tidak terbatas pada gerak mekanis saja, yang hanya membawa perubahan kwantitas, juga bukan gerak lingkaran setan atau gerak berulang-ulang yang tetap. Setiap materi mempunyai bentuk gerakan sendiri. Berpikirpun merupakan suatu gerak dari materi tertentu yang kita sebut otak. Sungguhpun gerak mempunyai banyak bentuk, mereka pada umumnya berada dalam proses perkembangan "tumbuh, hilang berganti"di mana sesuatu itu senantiasa timbul dan berkembang, dan sesuatu itu senantiasa rontok dan mati; senantiasa dalam 'gerak yang maju dan naik', sebagai peralihan dari keadaaan kualitatif yang lama ke kualitatif yang baru, perkembangan dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang rendah ke yang lebih tinggi. Materialisme dialektik juga menjelaskan bahwa gerak materi itu tidak tergantung atau ditentukan oleh keinginan atau kehendak subjektif manusia, melainkan menurut hukum-hukum yang menguasainya. Setiap hal yang khusus mempunyai hukum-hukum gerak yang khusus. Hukum perkembangan dunia tumbuhan berlainan dengan hewan; hukum perkembangan masyarakat desa berlainan dengan yang di kota. Hukum-hukum gerak itu disebut hukum dialektika. Di samping hukum-hukum dialektika yang berlaku khusus dari hal-hal yang khusus, sudah tentu juga ada hukum-hukum yang berlaku umum, yang berlaku buat semua hal. Prinsip-prinsip dialektika secara praktis mengajar kita agar supaya selalu berpandangan ke depan, jangan selalu ke belakang, supaya selalu berorientasi pada hal-hal atau kekuatan yang sedang tumbuh dan berkembang, jangan pada sesuatu yang sedang lapuk atau mati. Dengan kata lain, supaya kita selalu berpandangan progresip revolusioner.
D.    Hukum Dialektika Materil Berangkat dari pengertian bahwa HUKUM DIALEKTIKA adalah hukum tentang saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara obyektif dalam dunia semesta.
Maka dapat ditarik benang merah bahwa saling hubungan dan perkembangan materi /gejala-gejala merupakan dua segi dialektika yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama lainnya. Ada 3 pokok hukum dialektika materil
1.      Tentang Kontradikasi
Hukum tentang kontradiksi merupakan esensi dari hukum dialektika karena kontradiksi (pertentangan) mengungkapkan sumber atau asal-usul dan hakekat perkembangan. Hukum kontradiksi mengajarkan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian atau segi-segi yang berbeda atau kontradiksi dan gerak atau perkembangan sesuatu itu terutama disebabkan adanya saling hubungan yang berupa persatuan dan perjuangan antara segi-segi yang berkontradiksi yang ada di dalamnya.
a.      Keumuman Kontradiksi Hukum kontradiksi adalah umum dan universal. Bahwa dalam fenomena material terdapat kontradiksi-kontradiksi yang terhadi secara umum dalam seluruh proses gerak materi. Setiap hal tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
b.      Kekhususan Kontradiksi Kontrakdiksi mempunyai kekhasan yang membedakan hal satu dengan lainnya pada tingkat yang berbeda dari proses perkembangan. Juga mempunyai kekhususan dalamkontradiksi yang membedakan tingkat perkembangan yang satu dari lainnya.
c.      Kontradiksi pokok dan bukan pokok Kontradiksi pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros dan memimpin semua kontradiksi bukan pokok. Dalam penyelesaianya di utamakan. Dalam setiap perkembangan hanya ada satu kontradiksi pokok yang memegang peranan memimpin dan menentukan. Kontradiksi pokok memainkan peranan yang memimpin kontradiksi-kontradiksi lainnya pada satu tingkatan perkembangan tertentu maka ia merupakan dasar persoalan yang harus dipecahkan lebih dulu dan hanya dengan demikian kontradiksi-kontradiksi lainnya baru bisa dan lebih muda diselesaikan. Walaupun demikian bukan berarti kontradiksi-kontradiksi yang bukan pokok tidak ada peranannya atau pengaruhnya sama sekali terhadap penyelesainnya kontradiksi pokok. Sebaliknya perkembangan kontradiksi-kontradiksi itu mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap penyelesaiannya kontradiksi pokok.
d.      Segi-segi yang kontradiksi Setiap kontradiksi terdiri dari 2 segi yang mmempunyi arti peranan dan kedudukan yang berbeda, ada yang menguasai dan ada yang dikuasai, ada yang memimpin dam yang dipimmpin. Dalam keadaan tertentu dua segi itu berada dalam kedudukan yang seimbang tetapi bersifat relatif dan sementara. Segi yang berperanan menguasai atau mendominasi dalam seluruh proses perkembangan mempunyai arti yang menentukan kualitas kontradiksi. Segi yang berperanan memimpin pada tingkat-tingkat perkembangan mempunyai arti yang menentukan terhadap arah yang dituju oleh perkembangan kontradiksi itu pada tingkatan tertentu. Segi yang baru pada awal proses perkembangan kontradiksi masih mudah dan merupkan segi yang dipimpin dan dikuasai. Dalam proses selanjutnya ia akan tumbuh menjadi besar dan kuat sehingga memimpin dan mendominasi. Bila hal ini terjadi berarti kualitas kontradiksi itu telah mengalami peruubahan.
2. Tentang Perubahan Kuantitatif ke Perubahan Kualitatif
Hukum perubahan kuantitatif keperubahan kualitatif menerangkan jalannya proses perkembangan segala sesuatu. Perubahan kuantitatif adalah perubahan jumlah (bertambah/berkurang) susunan, hubungan dan koposisi materi yang berlangsung secaraa evolusioner sampai pada batas waktu tertentu. Perubahan kuantitatif merupakan syarat untuk menuju keperubahan kuantitatif. Perubahan kuantitatif menyiapkan perubahan kualitatif dan perubahan kualitatif menyelesaikan perubahan kuantitatif yang lama dan melahirkan serta mengembangkan perubahan kuantitatif yang baru. keduanya berlangsung terus menerus secara bergiliran.
3. Hukum tentang negasi dari negasi
Hukum negasi dari negasi menunjukan orientasi gerak dan perkembangan segala sesuatu. Hukum ini menggungkapkan pergantian kualitas lama dengan dengan kualitas baru dalaam proses perkembangan dan peningkatan dari bentuk-bentuk yang rendah dan sederhana ke bentuk yang lebih tinggih dan komplek. Perkembangan materi mengulangi tingkat-tingkat yang pernah terlampui tetapi mengulanginya secara lain di atas yang lebih tinggi. Demikianlah Hukum Dialektika Materil yang mengajarkan pada kaum pergerakaan bagaimana menyelesaikan atau mengakhiri suatu kontradiksi yang terjadi dalam masyarakat. Kontradiksi antara rakyat yang tertindas dengan kaum milietris kapitalis yang menindas hanya bisa diselesaikan dengan perubahan kuantitatif dalam hal ini metode perjuangan,teori perjuangan dan strategi taktik perjuangan menuju perubahan kualitatif dalam sistem masyarakatnya.