SYAKHSHIYYAH
ISLAMIYYAH
Setiap
muslim yang telah membentuk dan membina syakhshiyyah Islamiyyah dalam dirinya
akan memiliki sifat-sifat tertentu yang berbeda dari karakter-karakter
kepribadian lainnya.
Setidaknya ada tujuh belas karakter yang bisa dicatat sebagai
sifat-sifat istimewa pribadi muslim yang telah aqliyyah Islamiyyah dan
nafsiyyah Islamiyyahnya, yaitu :
·
Memahami
arti hidup dan kehidupan ini dengan sebenar-benarnya. Seorang muslim yakin
bahwa kehidupan sejati adalah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia adalah
arena buat berprestasi di akhirat kelak.
Ada pepatah: Ad Dunya mazra'atul
aakhirah: Dunia adalah ladang untuk (memanen buah di) akhirat. Oleh karena itu, dia berjuang keras
mengoptimalkan sebesar-besar potensi dirinya buat mengumpulkan perbekalan
kehidupan akhirat. Akhiratlah yang dia
kejar sekalipun tidak melupakan bagiannya dari kenikmatan dunia (QS. Al
Qashash77).
·
Meraih
kekuasaan dunia dengan hak dan senantiasa bersusah payah menggapai akhirat.
Karena dia tidak melupakan dunia, maka dia memberikan perhatian kepada dunia
dengan menegakkan kebenaran. Dan karena kebenaran akan mengalahkan kebatilan,
ia akan mencapai kemenangan dengan kebenaran yang diperjuangkannya itu. Oleh
karena itu, jika kebenaran berkuasa atas dunia, maka keadilan dan
kesejahteraanlah yang bakal dirasakan masyarakat. Di sinilah perlunya
masyarakat kepada para pejuang kebenaran dan mereka pun menyerahkan kekuasaan
kepada para pemegang panji-panji kebenaran.
Dan para penguasa pemegang panji-panji kebenaran tak akan tertipu oleh dunia. Sekalipun dunia berada di bawah telapak
kakinya atau di dalam genggaman kekuasaannya namun ia tidak memanipulasi
kekuasaan yang dimilikinya itu untuk mengeruk harta memenuhi hawa nafsunya. Ia
pun tidak menjadi angkuh, sombong, dan bertindak sewenang-wenang. Justru di
tengah-tengah kekuasaannya ia bersusah payah mengejar akhirat.
Itu dikarenakan mereka yakin bahwa akhirat itu lebih utama dari pada
dunia (QS. Al A'la 17).
·
Zuhud
dari harta yang haram maupun syubhat, tetapi tidak menolak menikmati segala
rizqi Allah yang baik-baik tanpa lupa
bahwa dunia bukan segalanya. Harta yang
ada di seluruh bumi memang telah diciptakan untuk manusia (QS. Al Baqarah 29)
kecuali yang memang diharamkan oleh Allah SWT menggunakannya. Apa yang dihalalkan oleh Allah adalah layak
untuk diambil dan apa yang diharamkan oleh-Nya adalah tidak layak untuk
diambil. Kemuliaan seseorang bukan
diukur pada miskin dan kayanya tetapi pada sikap istiqamahnya dalam kondisi
miskin maupun kaya. Oleh karena itu,
seorang muslim yang kaya tidak lupa daratan sehingga dia rebut dan renggut
harta dan kenikamatan sekalipun diharmakan, na'udzubillaahi
min dzaalik! Sebaliknya seorang
muslim yang sedang diuji miskin tidak perlu berpura-pura zuhud tidak menyukai
dunia. Seorang muslim tetap sadar bahwa
segala perhiasan dunia adalah karunia dan cobaan (QS. Al Kahfi 46)
·
Ramah
kepada sesama muslim sekaligus bisa bersikap tegas dan keras terhadap segala
bentuk kekafiran. Dalam pandangan seorang muslim, setiap muslim lainnya, apapun
suku, ras, warna rambut, warna kulit, dan bahasanya adalah saudara yang harus
disikapi dengan sikap ramah dan tawadlu'. Karena persaudaraan sejati dalam
pandangan Islam adalah persaudaran lantaran seiman (QS. Al Hujurat 10). Adapun
orang-orang kafir, sekalipun satu keturunan dan aliran darah, tidaklah yang
mereka seru melainkan kekufuran dan jalan ke neraka (QS. Al Baqarah 221) yang
setiap muslim pasti membencinya.
·
Pejuang
di jalan Allah (mujahid fi sabilillah).
Setiap muslim pasti bercita-cita mendapatkan keridloan Allah karena keridloan
Allah inilah letak kebahagiaan baginya.
Dan jika Allah ridla kepada seorang hamba, maka Dia beri nikmat jannah
kepada hamba itu. Dan allah janjikan
bahwa jihad fi sabilillah adalah jalan tol menuju jannah yang merupakan tempat
terbaik di akhirat kelak. Oleh karena itu, setiap muslim rela mengorbankan
dirinya guna menebus al jannah (QS. At Taubah 111).
·
Faqih fiddin dan
cakap dalam memerintah. Seorang muslim akan selalu berusaha bersikap istiqamah,
menetapi ketentuan-ketentuan Allah SWT buat kehidupannya baik dalam kehidupan
individual maupun sosial. Oleh karena itu, seorang muslim akan selalu mencari
tahu tentang hukum-hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan; baik dalam
hubungan dirinya dengan Khaliqnya, dirinya dengan dirinya sendiri, maupun
dirinya dengan individu-individu lain dalam pergaulan hidup di masyarakat. Kesungguhannya dalam usaha memahami
hukum-hukum Allah SWT mengantarkannya pada kedudukan faqih fiddin, kedudukan yang sangat mulia dalam pandangan Allah
maupun manusia. Selain itu, karena kefaqihannya dalam hukum Allah membuatnya
cakap dalam memegang tampuk pemerintahan. Sebab pemerintahan yang dimaksud
adalah pemerintahan menjalankan hukum-hukum Allah SWT.
·
Hamba
Allah yang khusyu' shalatnya. Disamping keahliannya dalam menguasai hukum-hukum
Allah serta penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang
muslim adalah hamba Allah yang secara pribadi selalu mengabdi kepadaNya sepenuh
hati dan setulus ikhlas. Kefahamannya dan keikhlasannya membuatnya khusyu dalam
setiap sholatnya. Ia pun selalu sadar bahwa shalat khusyu' saja yang membuahkan
hikmah dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS. Al Ankabut 45).
·
Menghindari
omong kosong. Kesadarannya yang terus menerus sebagai hamba Allah yang sedang
berjalan di muaka bumi menuju kehidupan akhirat yang memiliki dimensi waktu dan
ruang yang jauh dan sangat jauh lebih luas dan lebih tak terukur, maka seorang
muslim sangat tidak punya waktu untuk beromong kosong. Bahkan dia sadar betul bahwa tidaklah melesat
satu ucapan pun dari mulutnya melainkan akan dicatat oleh malaikat (QS. Qaaf
18) dan akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat kelak.
·
Pembayar
zakat yang disiplin. Seorang muslim yang tidak zuhud dalam menikmati rizki yang
halal senantiasa sadar bahwa dirinya akan ditanya di padang mahsyar kelak: Dari
mana anda memperoleh harta dan untuk apa anda belanjaklan harta itu? Ia pun sadar bahwa mungkin di antara harta
yang diperolehnya dalam usahanya ada tersentuh oleh debu-debu noda yang perlu
dibersihkan melalui zakat (QS. At Taubah 103).
Disamping itu dia sadar bahwa dengan zakat yang dia bayar secara
disiplin, pos-pos pengeluaran baitul mal yang menjadi lancar (QS.At Taubah 60).
·
Bila
melihat aurat wanita menundukkan pandangan. Seorang muslim sadar bahwa wanita
itu adalah perhiasan dunia yang diciptakan Allah SWT buat dirinya, namun tak
semua wanita dihalalkan baginya. Hanya
wanita yang telah menjadi istrinya saja yang halal dia nikmati sebagaimana
wanita itu mendapatkan kenikmatan darinya.
Adapun wanita-wanita lain yang bukan istrinya adalah wanita yang
diharamkan bagi seorang muslim menikmatinya. Oleh karena itu, seorang muslim
akan selalu menundukkan pandangannya bila melihat aurat seorang wanita yang
bukan istrinya dan bukan mahramnya lantaran ia takut terjatuh pada tindakan
zina yang sangat diharamkan Allah SWT
(QS. Al Isra' 32).
·
Menjaga
amanah. Seorang muslim adalah orang yang selalu menjaga amanah yang dititipkan
kepadanya dan akan menyampaikan amanah titipan itu kepada yang berhak (QS. An
Nisa 58). Ia tidak akan mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
Menghormati perjanjian ('ahdun/agreement).
Seorang muslim, sekalipun membenci kekufuran dan orang-orang kafir yang
membelanya, namun apabila dirinya dan kaumnya telah membuat perjanjian --yang
dibolehkan oleh syara'-- dia tidak akan melanggarnya sekalipun hal itu secara
pribadi akan merugikannya. Menepati janji (wa'dun/appointmen). Seorang muslim
akan selalu menepati janji yang telah dia buat.
Dia tidak akan mengingkari. Bukan lantaran mengingkari janji itu
menyakiti orang yang telah dia beri janji, tetapi memang Allah SWT melarang
seorang muslim mengingkari janji yang telah dia ucapkan.
·
Ahli
dalam keprajuritan sekaligus ahli dalam kepemimpinan. Seorang muslim yang sangat merindukan jannah
dan keridloan Allah akan senantiasa terjun dalam kesempatan jihad fi
sabilillah. Kegemarannya terjuan dalam
medan jihad itu membuatnya ahli dalam keprajuritan.
·
Dia juga
ahli dalam kepemimpinan, baik dalam kepemimpinan politik maupun kepemimpinan
militer, sebab ukuran kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah kemampuannya
memecahkan persoalan-persoalan hidup.
Dan karena Al Qur'an dan As Sunnah adalah kumpulan pemecahan persoalan
hidup, maka setiap muslim yang menguasai Al Qur'an dan As Sunnah akan mampu
menjadi pemimpin yang baik sekaligus pelaksana yang baik.
·
Tidak
melampaui batas dalam beragama dan tidak menyiksa diri seperti orang Hindu.
Seorang muslim sadar bahwa tiap-tiap sesuatu ada haknya; badannya memiliki hak,
keluarganyanya juga memiliki hak. Oleh karena itu, ia akan membagi waktu dalam
hidup ini selain buat ibadah, mencari nafkah, berdakwah, berjihad, juga
istirahat dan bercengkerama dengan keluarga.
·
Bersikap
garang terhadap musuh dalam medan pertempuran jihad, tetapi tawadlu' terhadap
siapa saja yang dilalui ketika berpatroli. Setiap muslim memang tak pernah
mengangankan musuh datang, tetapi bila ada musuh ia tak akan mundur setapak
pun. Bahkan ia akan bersikap garang
untuk menakut-nakuti musuh (QS. Al Anfal 60).
Sebab bila musuh takut, permusuhan pun akan berakhir. Sebaliknya, rakyat
yang menjadi pemngikut musuh sekalipun pada hakikatnya adalah manusia-manusia
yang membutuhkan pengayoman dan perlindungan dari pemerintah manapun. Oleh karena itu, dalam berpatroli seorang
muslim akan bersikap ramah dan santun.
·
Menguasai
bidang perdagangan sekaligus politik.
Seorang muslim tahu bahwa dirinya tak boleh melupkan bagiannya dari
kehidupan dan kenikmatan diunia (QS. Al Qashshash 77). Ia pun sadar bahwa bagian kehidupan dunia tak
bakal diperloha kaum muslimin maupun rakyat jelata apapun ideologi dan agama
mereka manakala sumber-sumber kekayaan alam dunia berada dalam belenggu
kekuasaan para penjajah dan penindas yang jahat zhalim. Oleh karena itu, untuk
membebaskannya setiap muslim perlu menguasai bidang perdangangan dan politik
sehingga distribusi harta betul-betul terjadi dengan adil (QS. Al Hasyr 7).
Rekaman
Al Qur'an
Sifat-sifat itu telah disebut-sebut
oleh Allah dalam Al Qur'an ketika mensifati para shahabat Rasulullah saw,
orang-orang mukmin, ibadurrahman dan
para mujahidin.
"Muhammad adalah Rasul Allah dan
orang-orang yang berjuang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir
dan berkasih sayang di antara sesama mereka". (QS Al
Fath 29).
"Orang-orang terdahulu masuk Islam baik
dari golongan Muhajirin maupun Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka
dalam kebaikan, Allah ridla terhadap mereka dan mereka ridla kepadaNya" (QS. At
Taubah 100).
"Sungguh beruntung orang-orang beriman,
yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna dan orang-orang yang
menunaikan zakat..".(QS Al Mukminun 1-4).
"Dan
hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata yang baik.
Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri
(shalat tahajjud) untuk Tuhan mereka". (QS Al
Furqan 63-64).
"Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman
bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh
kebaikan; dan mereka itu (pula) orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi mereka surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (QS At
Taubah 88-89).
"Mereka itu adalah orang-orang yang
bertaubat, yang beribadat, yang memuji Allah, yang melawat (untuk mencari ilmu
atau jihad), yaitu ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah
berbuat munkar, dan memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin
itu". (QS At Taubah 112).
Demikianlah karakter syakhshiyyah
Islamiyyah yang harus muncul dalam diri seorang muslim yang telah membina diri
dengan kepribadian unggul itu. Wallahu a'lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar