Selasa, 30 Juli 2013

SIFAT-SIFAT SYAKHSHIYYAH ISLAMIYYAH


 SIFAT-SIFAT
SYAKHSHIYYAH ISLAMIYYAH


Setiap muslim yang telah membentuk dan membina syakhshiyyah Islamiyyah dalam dirinya akan memiliki sifat-sifat tertentu yang berbeda dari karakter-karakter kepribadian lainnya.
            Setidaknya ada tujuh belas  karakter yang bisa dicatat sebagai sifat-sifat istimewa pribadi muslim yang telah aqliyyah Islamiyyah dan nafsiyyah Islamiyyahnya, yaitu :

·        Memahami arti hidup dan kehidupan ini dengan sebenar-benarnya. Seorang muslim yakin bahwa kehidupan sejati adalah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia adalah arena buat berprestasi di akhirat kelak.  Ada pepatah: Ad Dunya mazra'atul aakhirah: Dunia adalah ladang untuk (memanen buah di) akhirat.  Oleh karena itu, dia berjuang keras mengoptimalkan sebesar-besar potensi dirinya buat mengumpulkan perbekalan kehidupan akhirat.  Akhiratlah yang dia kejar sekalipun tidak melupakan bagiannya dari kenikmatan dunia (QS. Al Qashash77).

·        Meraih kekuasaan dunia dengan hak dan senantiasa bersusah payah menggapai akhirat. Karena dia tidak melupakan dunia, maka dia memberikan perhatian kepada dunia dengan menegakkan kebenaran. Dan karena kebenaran akan mengalahkan kebatilan, ia akan mencapai kemenangan dengan kebenaran yang diperjuangkannya itu. Oleh karena itu, jika kebenaran berkuasa atas dunia, maka keadilan dan kesejahteraanlah yang bakal dirasakan masyarakat. Di sinilah perlunya masyarakat kepada para pejuang kebenaran dan mereka pun menyerahkan kekuasaan kepada para pemegang panji-panji kebenaran.  Dan para penguasa pemegang panji-panji kebenaran  tak akan tertipu oleh dunia.  Sekalipun dunia berada di bawah telapak kakinya atau di dalam genggaman kekuasaannya namun ia tidak memanipulasi kekuasaan yang dimilikinya itu untuk mengeruk harta memenuhi hawa nafsunya. Ia pun tidak menjadi angkuh, sombong, dan bertindak sewenang-wenang. Justru di tengah-tengah kekuasaannya ia bersusah payah mengejar  akhirat.  Itu dikarenakan mereka yakin bahwa akhirat itu lebih utama dari pada dunia (QS. Al A'la 17).

·        Zuhud dari harta yang haram maupun syubhat, tetapi tidak menolak menikmati segala rizqi  Allah yang baik-baik tanpa lupa bahwa dunia bukan segalanya.  Harta yang ada di seluruh bumi memang telah diciptakan untuk manusia (QS. Al Baqarah 29) kecuali yang memang diharamkan oleh Allah SWT menggunakannya.  Apa yang dihalalkan oleh Allah adalah layak untuk diambil dan apa yang diharamkan oleh-Nya adalah tidak layak untuk diambil.  Kemuliaan seseorang bukan diukur pada miskin dan kayanya tetapi pada sikap istiqamahnya dalam kondisi miskin maupun kaya.  Oleh karena itu, seorang muslim yang kaya tidak lupa daratan sehingga dia rebut dan renggut harta dan kenikamatan sekalipun diharmakan, na'udzubillaahi min dzaalik!  Sebaliknya seorang muslim yang sedang diuji miskin tidak perlu berpura-pura zuhud tidak menyukai dunia.  Seorang muslim tetap sadar bahwa segala perhiasan dunia adalah karunia dan cobaan (QS. Al Kahfi 46)

·        Ramah kepada sesama muslim sekaligus bisa bersikap tegas dan keras terhadap segala bentuk kekafiran. Dalam pandangan seorang muslim, setiap muslim lainnya, apapun suku, ras, warna rambut, warna kulit, dan bahasanya adalah saudara yang harus disikapi dengan sikap ramah dan tawadlu'. Karena persaudaraan sejati dalam pandangan Islam adalah persaudaran lantaran seiman (QS. Al Hujurat 10). Adapun orang-orang kafir, sekalipun satu keturunan dan aliran darah, tidaklah yang mereka seru melainkan kekufuran dan jalan ke neraka (QS. Al Baqarah 221) yang setiap muslim pasti membencinya.

·        Pejuang di jalan Allah (mujahid fi sabilillah). Setiap muslim pasti bercita-cita mendapatkan keridloan Allah karena keridloan Allah inilah letak kebahagiaan baginya.  Dan jika Allah ridla kepada seorang hamba, maka Dia beri nikmat jannah kepada hamba itu.  Dan allah janjikan bahwa jihad fi sabilillah adalah jalan tol menuju jannah yang merupakan tempat terbaik di akhirat kelak. Oleh karena itu, setiap muslim rela mengorbankan dirinya guna menebus al jannah (QS. At Taubah 111).

·        Faqih fiddin dan cakap dalam memerintah. Seorang muslim akan selalu berusaha bersikap istiqamah, menetapi ketentuan-ketentuan Allah SWT buat kehidupannya baik dalam kehidupan individual maupun sosial. Oleh karena itu, seorang muslim akan selalu mencari tahu tentang hukum-hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan; baik dalam hubungan dirinya dengan Khaliqnya, dirinya dengan dirinya sendiri, maupun dirinya dengan individu-individu lain dalam pergaulan hidup di masyarakat.  Kesungguhannya dalam usaha memahami hukum-hukum Allah SWT mengantarkannya pada kedudukan faqih fiddin, kedudukan yang sangat mulia dalam pandangan Allah maupun manusia. Selain itu, karena kefaqihannya dalam hukum Allah membuatnya cakap dalam memegang tampuk pemerintahan. Sebab pemerintahan yang dimaksud adalah pemerintahan menjalankan hukum-hukum Allah SWT.

·        Hamba Allah yang khusyu' shalatnya. Disamping keahliannya dalam menguasai hukum-hukum Allah serta penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang muslim adalah hamba Allah yang secara pribadi selalu mengabdi kepadaNya sepenuh hati dan setulus ikhlas. Kefahamannya dan keikhlasannya membuatnya khusyu dalam setiap sholatnya. Ia pun selalu sadar bahwa shalat khusyu' saja yang membuahkan hikmah dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS. Al Ankabut 45).

·        Menghindari omong kosong. Kesadarannya yang terus menerus sebagai hamba Allah yang sedang berjalan di muaka bumi menuju kehidupan akhirat yang memiliki dimensi waktu dan ruang yang jauh dan sangat jauh lebih luas dan lebih tak terukur, maka seorang muslim sangat tidak punya waktu untuk beromong kosong.  Bahkan dia sadar betul bahwa tidaklah melesat satu ucapan pun dari mulutnya melainkan akan dicatat oleh malaikat (QS. Qaaf 18) dan akan dipertanggungjawabkan di hari kiamat kelak.

·        Pembayar zakat yang disiplin. Seorang muslim yang tidak zuhud dalam menikmati rizki yang halal senantiasa sadar bahwa dirinya akan ditanya di padang mahsyar kelak: Dari mana anda memperoleh harta dan untuk apa anda belanjaklan harta itu?  Ia pun sadar bahwa mungkin di antara harta yang diperolehnya dalam usahanya ada tersentuh oleh debu-debu noda yang perlu dibersihkan melalui zakat (QS. At Taubah 103).  Disamping itu dia sadar bahwa dengan zakat yang dia bayar secara disiplin, pos-pos pengeluaran baitul mal yang menjadi lancar (QS.At Taubah 60).

·        Bila melihat aurat wanita menundukkan pandangan. Seorang muslim sadar bahwa wanita itu adalah perhiasan dunia yang diciptakan Allah SWT buat dirinya, namun tak semua wanita dihalalkan baginya.  Hanya wanita yang telah menjadi istrinya saja yang halal dia nikmati sebagaimana wanita itu mendapatkan kenikmatan darinya.  Adapun wanita-wanita lain yang bukan istrinya adalah wanita yang diharamkan bagi seorang muslim menikmatinya. Oleh karena itu, seorang muslim akan selalu menundukkan pandangannya bila melihat aurat seorang wanita yang bukan istrinya dan bukan mahramnya lantaran ia takut terjatuh pada tindakan zina yang sangat diharamkan Allah SWT  (QS. Al Isra' 32). 

·        Menjaga amanah. Seorang muslim adalah orang yang selalu menjaga amanah yang dititipkan kepadanya dan akan menyampaikan amanah titipan itu kepada yang berhak (QS. An Nisa 58). Ia tidak akan mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya. Menghormati perjanjian ('ahdun/agreement). Seorang muslim, sekalipun membenci kekufuran dan orang-orang kafir yang membelanya, namun apabila dirinya dan kaumnya telah membuat perjanjian --yang dibolehkan oleh syara'-- dia tidak akan melanggarnya sekalipun hal itu secara pribadi akan merugikannya. Menepati janji (wa'dun/appointmen).  Seorang muslim akan selalu menepati janji yang telah dia buat.  Dia tidak akan mengingkari. Bukan lantaran mengingkari janji itu menyakiti orang yang telah dia beri janji, tetapi memang Allah SWT melarang seorang muslim mengingkari janji yang telah dia ucapkan.

·        Ahli dalam keprajuritan sekaligus ahli dalam kepemimpinan.  Seorang muslim yang sangat merindukan jannah dan keridloan Allah akan senantiasa terjun dalam kesempatan jihad fi sabilillah.  Kegemarannya terjuan dalam medan jihad itu membuatnya ahli dalam keprajuritan. 

·        Dia juga ahli dalam kepemimpinan, baik dalam kepemimpinan politik maupun kepemimpinan militer, sebab ukuran kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah kemampuannya memecahkan persoalan-persoalan hidup.  Dan karena Al Qur'an dan As Sunnah adalah kumpulan pemecahan persoalan hidup, maka setiap muslim yang menguasai Al Qur'an dan As Sunnah akan mampu menjadi pemimpin yang baik sekaligus pelaksana yang baik. 

·        Tidak melampaui batas dalam beragama dan tidak menyiksa diri seperti orang Hindu. Seorang muslim sadar bahwa tiap-tiap sesuatu ada haknya; badannya memiliki hak, keluarganyanya juga memiliki hak. Oleh karena itu, ia akan membagi waktu dalam hidup ini selain buat ibadah, mencari nafkah, berdakwah, berjihad, juga istirahat dan bercengkerama dengan keluarga.

·        Bersikap garang terhadap musuh dalam medan pertempuran jihad, tetapi tawadlu' terhadap siapa saja yang dilalui ketika berpatroli. Setiap muslim memang tak pernah mengangankan musuh datang, tetapi bila ada musuh ia tak akan mundur setapak pun.  Bahkan ia akan bersikap garang untuk menakut-nakuti musuh (QS. Al Anfal 60).  Sebab bila musuh takut, permusuhan pun akan berakhir. Sebaliknya, rakyat yang menjadi pemngikut musuh sekalipun pada hakikatnya adalah manusia-manusia yang membutuhkan pengayoman dan perlindungan dari pemerintah manapun.  Oleh karena itu, dalam berpatroli seorang muslim akan bersikap ramah dan santun.   

·        Menguasai bidang perdagangan sekaligus politik.  Seorang muslim tahu bahwa dirinya tak boleh melupkan bagiannya dari kehidupan dan kenikmatan diunia (QS. Al Qashshash 77).  Ia pun sadar bahwa bagian kehidupan dunia tak bakal diperloha kaum muslimin maupun rakyat jelata apapun ideologi dan agama mereka manakala sumber-sumber kekayaan alam dunia berada dalam belenggu kekuasaan para penjajah dan penindas yang jahat zhalim. Oleh karena itu, untuk membebaskannya setiap muslim perlu menguasai bidang perdangangan dan politik sehingga distribusi harta betul-betul terjadi dengan adil (QS. Al  Hasyr 7).
           
Rekaman  Al Qur'an
            Sifat-sifat itu telah disebut-sebut oleh Allah dalam Al Qur'an ketika mensifati para shahabat Rasulullah saw, orang-orang mukmin, ibadurrahman dan para mujahidin.

"Muhammad adalah Rasul Allah dan orang-orang yang berjuang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan berkasih sayang di antara sesama mereka". (QS Al Fath 29).

"Orang-orang terdahulu masuk Islam baik dari golongan Muhajirin maupun Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan, Allah ridla terhadap mereka dan mereka ridla kepadaNya" (QS. At Taubah 100).

"Sungguh beruntung orang-orang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna dan orang-orang yang menunaikan zakat..".(QS Al Mukminun 1-4).

"Dan  hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata yang baik.  Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri (shalat tahajjud) untuk Tuhan mereka". (QS Al Furqan 63-64).

"Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka.  Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itu (pula) orang-orang yang beruntung.  Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.  Itulah kemenangan yang besar". (QS At Taubah 88-89).


"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji Allah, yang melawat (untuk mencari ilmu atau jihad), yaitu ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar, dan memelihara hukum-hukum Allah.  Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu". (QS At Taubah 112).
   
            Demikianlah karakter syakhshiyyah Islamiyyah yang harus muncul dalam diri seorang muslim yang telah membina diri dengan kepribadian unggul itu. Wallahu a'lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar